Oleh Aidil Ghufran Rasyid
Putus asa hanya dipengaruhi kurngnya ilmu pengetahuan yang didapatkan oleh kita selaku insan manusia, sehingga ilmu-ilmu untuk mengatasi permasalahan yang kita hadapi tidak bisa membantunya. Jadilah ia seorang berputus asa.
Berputus asa akan membuat kita terbunuh dari kehidupan dunia maupun akhirat. Bagaimana tidak, ia hanya pengikut perubahan yang terkadang hanya memberi sedikit makna kehidupan. Mereka ibaratkan sampah yang mengikuti derasnya arus di sungai dan lautan. Terombang- ambing didalam perubahan, tapi seandainya mereka tahu sebenarnya, mereka itulah para kumpulan berputus asa dikarenakan kurangnya ilmu yang di dapat.
Bukan perubahan yang aku takuti, tapi pemikiran yang lama masih di pakai untuk menghadapi perubahan yang sangat berbeda (Peter Drucker). Putus asa menjadikan manusia tanpa peradaban, menjadikan menusia terkubur di dalam kegelapan dan mengubur jiwa untuk meraih kemajuan. Berputus asa hanya mempertemukan kita dengan oarang satu frekuensi dengan kita, mereka tidak membantu kita, apalagi membant orang banyak. Cara yang terbaik untuk menghindari dari perangkap berputus asa yakni kita meningkatkan keilmuan ataupun wawasan tentang kegemaran kita pada suatu bidang.
Ketika sinyal negatif menghujam pribadi kita, maka kita tahu harus bebuat bagaiman, karena kita telah memiliki wawasan tentang permasakahan yang kita hadapi. Bukankah menceegah itu lebih baik dari pada mengobati? Bukankah mempersiapkan ilmu pengetahuan serta peenambahan wawasan itu lebih baik dari pada tidak sama sekali?, ketika putus asa datang menghujam maka pengetahuan serta wawasanlah yamg akan menjawab semua probblematika yang kita hadapi.
Ilmu pengetahuan akan mempertemukan kita dengan nilai kehidupan yang sebenarnya, karena munculnya ilmu pengetahuan melalui mekanisme berpikir jernih dan mendalam. Maka dari proses berpikir inilah kita akan mengetahui hakikat ilmu pengetahuan di dalam memecahkan problematika hidup yang sebagian dari kita terperangkap di dalam budaya berputus asa. Ingat, sifat putus asa di dalam diri setiap manusia tidak tumbuh dalam sehari atau setahun, nilai budaya putus asa sbenarnya datang dari lingkungan praktis sewaktu manusia mulai mengenal lingkunag dan komunikasi informasi. Apa yang kita lakukan hari ini, adalah realita nyata diri kita di masa yang akan datang, realita hari ini adalah kumpulan perbuatan yang kita lakukan di masa lalu.
Jadi!! Nilai putus asa sebenarnya telah kita bangun berpuluh tahun yang lalu hingga turbulensi klimaks kita dapatkan hari ini.
Kita tinggal memilih perubahan denga ilmu pengetahuan serta wawasan atau nilai budaya putus asa? KIta semua yang memilih pilihan hidup ini. Semoga kita semua memilih membangun peradaban negeri ini, Indonesia.