Oleh Aidil Ghufran Rasyid
Bersimpuh malu berharap ketenangan jiwa, berucap syukur atas nikmat yang diberikan. Syahdu terpancar memadu kasih kepada sang pencipta. Berurai air mata yang tak kunjung berhenti. Isak tangisnya senyap namun syahdu memadu kasih. Berucap doa harapan kepada sang pencipta, suara itu terdengar syahdu dilantunkan, bagaikan seorang pujangga khatulistiwa. Bermakna setiap kata, bermakna setiap kalimat, bermakna setiap bait. Seorang pengemis kasih di malam yang senyap. Berharap menjadi manusia Misi Terlaksana.
Bersimpuh malu berharap ketenangan jiwa, berucap syukur atas nikmat yang diberikan. Syahdu terpancar memadu kasih kepada sang pencipta. Berurai air mata yang tak kunjung berhenti. Isak tangisnya senyap namun syahdu memadu kasih. Berucap doa harapan kepada sang pencipta, suara itu terdengar syahdu dilantunkan, bagaikan seorang pujangga khatulistiwa. Bermakna setiap kata, bermakna setiap kalimat, bermakna setiap bait. Seorang pengemis kasih di malam yang senyap. Berharap menjadi manusia Misi Terlaksana.
Siapa yang tidak
mau menginginkan menjadi manusia sempurna dan siapa pula yang tidak mau
menginginkan menjadi manusia yang di cintai oleh semua makhluk. Kita tidak bisa
menjadi manusia sempurna. Namun, kita harus belajar menerima dengan sempurna
apa yang telah Allah berikan terhadap diri dan Jiwa ini. Maka, kita akan
merasakan kesempurnaan yang sesungguhnya datang dalam jiwa dan diri ini dalam
bentuk ketundukan dan Kepatuhan, Serta menerima apa adanya terhadap atas apa
yang telah diberikan kepada Kita. Maka, sesungguhnya kesempurnaan itu datang
didalam jiwa-jiwa bersih kita semua.
Sang Pujangga
Khatulistiwa bukanlah manusia yang dilahirkan, namun manusia yang dapat di
bentuk dan di pelajari. Kita semua dapat menjadikan diri kita sang pujangga