Saturday 30 April 2011

PROSES INTROSPEKSI DIRI, DALAM MENCARI JATI DIRI (perjalanan 21 tahun usiaku)




SEORANG AIDIL GHUFRAN RASYID

Wahai diri, kapan engkau akan terus begini, terus mengkhianati. Kapan engkau akan kembali, kembali berserah diri. Setulus sepenuh hati.

Aku yakin, ada atau tidak aku di indonesia ini, kelak negeri ini akan maju, Kelak islam akan bercahaya di seluruh dunia. Ada satu hal yang menjadi pertanyaan saya, pertanyaan itu terus merusak pikiran dan jiwa ini. Apakah aku mau melihat kemajuan indonesia dan islam di tangan orang lain? Kenapa bukan aku? Ya, aku. Pertanyaan inilah yang memotivasi hidup saya, untuk berjuang dan berkorban sepenuhnya untuk memajukan negeriku dan agamaku.

 Awal cerita ini bermula
Pencarian jati diri seorang insan manusia dunia, yang melakukan penghambaan hanya kepada Allah Rabbil Izzati, hanya mendedikasikan hidupnya untuk masyarakat Indonesia dan dunia agar keceriaan bercahaya di wajah manusia di muka bumi ini.
Sebuah perenungan seorang insan manusia, seorang inspirator biasa, seorang pencerah biasa sekaligus seorang pengharap biasa. Berharap pertemuan dengan rabbnya yang luar biasa, dengan wajah tersenyum tersipuh malu, diwajahnya terpancar cahaya kemenangan, diwajahnya terpancar jiwa ketenangan sekaligus wajah kegundahan, kegundahan yang ingin bertemu dengan rabbnya.
Aku bukanlah manusia sempurna yang Allah ciptakan di dunia ini, kekurangan menghinggap di dalam diriku. Tapi, aku bersyukur, aku adalah makhluk yang paling sempurna di bandingkan makhluk lainnya yang di ciptakan Allah, sebuah kesyukuran yang pantas di apresiasi dengan sebuah perbuatan patuh, tunduk dan taat. simbol tanda kepasrahan, tanda sebuah kecintaan, tanda sebuah pengharapan tertinggi yaitu pertemuan pada sang pencipta Allah Azza wajallah.

 Awal kelahiranku
Aidil Ghufran Rasyid, begitulah orang-orang memanggilku. Sebuah panggilan pemberi perubahan untuk Indonesia dan dunia kelak. Seorang anak melayu tulen, tiada unsur penggabungan genetika yang berbeda, silsilah keluarga keturunan melayu. Tepat 21 tahun lalu yakni 21 April 1990. jiwa ini di lahirkan di dunia ini, setelah berjanji terlebih dahulu pada sang pencipta untuk taat dan patuh kepada-NYA dan bejanji untuk saling membantu dan berbagi kepada manusia. di lahirkan dari keluarga sederhana dari pasangan Harun Ar-rasyid dan Hasnah. Aku dilahirkan di desa Kedai sianam, Kabupaten Batu bara . sekitar 6 jam perjalan dari kota medan. Desa yang indah yang takkan dapat di lupakan oleh setiap mereka yang memandang, desa yang indah yang takkan dilupakan oleh burung yang berkicau merdu di langit khatulistiwa desa kedai sianam. Ibu dan ayahku adalah seorang pekerja keras dan penuh inspirasi, setiap aktivitasnya adalah suri teladan bagi kami sekeluarga. Wajah mungil sekarang telah lahir di dunia, berbagai harapan yang tersimpan di wajah kedua orang tuaku, kelak si wajah mungil menjadi anak yang sholeh dan berguna bagi agama dan bangsa “gumam orang tuaku di pikirannya”.
Walaupun aku tidak bisa mendengarnya, tapi itulah sesungguhnya harapan semua orang tua di muka bumi ini. Melihat anaknya menjadi anak yang sholeh menjadi anak yang berhasil. Aku adalah anak ketujuh dari sepuluh bersaudara, tiga orang perempuan dan tujuh orang laki-laki. Meskipun ramai, tapi kami selalu akur dalam setiap aktivitas, walaupun terkadang terdapat perselisihan di antara kami. Tapi, kami anggap itu hanya dinamika di dalam setiap aktivitas menuju kreatifitas kami.
 Sejarah masa SD
Aku bukanlah pujangga yang terlahir sempurna di dalam sanubari ini, aku bukanlah inspirator yang terlahir tanpa beban dalam mengarungi hidup ini dan aku juga bukanlah seorang vandal yang memberikan rasa takut pada jiwa orang lain. Tapi, aku adalah seorang yang di takdirkan untuk Indonesia. Aku menghabiskan masa kecilku di desa ini, desa kedai sianam. Masa kecil yang aku jalani pada umumnya sama seperti anak-anak lain di seluruh dunia. Bermain, bersenda gurau dan berprilaku aneh. Tapi, itu hanya masa kecilku, suatu upaya untuk menumbuh kembangkan pola berpikir. Tepat berumur 6 tahun, orang tuaku menyekolahkanku di SD Negeri Dahari Selebar, sekolah yang memiliki jasa yang amat penting dalam pola berpikir awalku. Jarak antara sekolah dan rumahku sekitar 3 atau 4 KM, lumayan jauh bagi anak seusiaku melakukan perjalanan ini. tapi, hal tersebut sudah biasa bagi anak-anak seusiaku di desa ini. Karena ketika mau berangkat sekolah kita sering berjalan kaki beramai-ramai, jadi tidak kerasa rasa lelahanya. Hal ini saya lakukan setiap hari, banyak cerita indah dan sedih yang ku alami selama aku bersekolah di SD Negeri Dahari selebar ini. Tapi, aku meyakini ini semua merupakan jalan terbaik menuju impianku kelak.
Sudah seharusnya setiap manusia memiliki sifat mahmuda di dalam setiap aktivitas gerak tubuhnya mulai dari aktivitas social, politik, ekonomi dan aktivitas penunjang lainnya, di karenakan factor linkunganlah yang cendrung kearah negative yang mempengaruhi manusia tersebut, sehinnga setiap insan manusia di muka bumi ini cendrung bersifat menyimpang dari sifat yang sebenarnya. Aku memang tidak terlalu lama tinggal di desa indah ini. Pada bulan September 1999 aku dan keluargaku pindah ke kota medan. Saat itu aku berusia 9 tahun. Aku tidak tahu persis apa maksud dan tujuan dari kedua orang tuaku kenapa mereka ingin pindah ke kota medan, walaupun itu bukan urusanku , sampai detik ini pertanyaan tersebut tetap menghujam di dalam pikiranku.
Beda daerah berarti beda budaya. Hal inilah yang aku rasakan pertama kali ketika awal aku menginjakkan kakiku di kota medan, anak melayu dari desa menjamah budaya metropolitan ala kota berbagai kenginan dan tujuan bisa aku dapatkan di kota ini, aku bisa terjerumus kepada keburukan dan aku juga bisa menjadi malaikat kebaikkan, hal ini tegantung insan manusia tersebut. Ada sebuah pilihan dan kita hanya tinggal memilih. Tapi, aku sadar betul apa yang harus aku lakukan sebagai warga pendatang, sopan santun dan menghargai adalah bekal bersosialisasi yang tepat bagi setiap para pendatang seperti aku dan keluarga. Hari berlalu tanpa henti, kedua orang tuaku mulai sibuk mencarikan aku dan adik-adikku sekolah yang baru, supaya proses berpikirku aktif kembali, orang tuaku memang bukanlah lulusan sarjana. Tapi, kedua orang tuaku memiliki motivasi yang sangat kuat untuk menyekolahkan anak-anaknya sampai jenjang perguruan tinggi. Sebuah keinginan sekaligus harapan tertinggi dari kedua orang tua. Tidak berapa lama proses pencarian, Alhamdulillah sekolah yang cukup ideal bagi tumbuh kembang pemikiranku telah dapat, namanya SD Inpres 067980 dua lantai dan cukup nyaman bagi anak-anak seusiaku. Tidak berapa lama mengurusi administrasi alhamdulillah keesokan harinya aku sudah bisa bersekolah lagi. Bertemu dengan teman serta guru baru dengan kultur yang 360 derajat sangat berbeda di kampungku, tapi hal ini tidak menjadikan aku minder untuk berkomunikasi dengan teman-teman baruku. Sebuah tarikan nafas kesyukuran ketika aku berhasil berkomunikasi dan bersosialisasi dengan baik terhadap teman-teman baruku.
Ada baiknya setiap manusia di muka ini bverjanji untuk berkomitmen terhadap dirinya untuk bisa meningkatkan kapasitas dan kualitas diri, sampai ajal menjelang senja. Begitu pula komitmen aku terhadap jiwa ini, takkan pernah berhenti berkarya sampai cahaya kecerian masyarakat Indonesia dan dunia merekah tersipuh bahagia. Adalah sebuah proses menjadikan manusia itu belajar terhadap dirinya sendiri atas apa yang ia lakukan hari kemarin dan menjadikannya ilmu untuk ia dan masyarakat luas untuk hari esok yang lebih indah. Ketika kita telah yakin di dalam hati bahwa sesunggunya kebaikan itu akan di balas dengan kebaikan pula maka kita merupakan manusia yang taat atas apa yang telah di perintahkan oleh tuhan pencipta alam semesta. Tidak berapa lama belajar dan bersenda gurau dengan teman dan guru hari perpisahanpun menghampiri dan merenggut sementara kebahagian yang telah kami ciptakan selama ini dan aku sendiri tidak tahu kapan kecerian ini akan bersua kembali. Tepat pada tahun 2002 aku lulus dari SD inpres 067980 ini, banyak kisah indah yang takkan ku lupakan untuk selamanya. Cerita indah tentang sang pujangga khtulistiwa Indonesia di masa sekolah Dasar. Masih ingat dalam pikiranku betapa pahitnya sebuah perpisahan yang aku dan teman-teman lakukan di kala itu, perpisahan yang seharusnya terjadi karena kami mengawali cerita indah ini dengan pertemuan.

 Sejarah masa MTS/SMP
Hati polos ini, belum berani berpikir jauh tentang masa depan yang lebih indah, karena aku belum tahu apa yang harus yang aku lakukan untuk bisa menunjang daya cakrawala pengetahuan yang terselubung di dalam memori pikiran ini. Pelabuhan pendidikanku berikutnya aku serahkan sepenuhnya dengan kedua orang tuaku lagi, seperti mana ia mencarikan sekolah SDku dulu. Orang tuaku mencoba memasukkan aku di MTS Negeri 2 medan, sekolah yang menghasilkan para siswa jenius, yang dapat mengintegrasikan nilai spritualitas dan duniawi di dalam tatanan bersosial, mungkin kalau aku menebak itulah maksud orang tuaku menyekolahkan aku di MTS Negeri 2 medan. Setelah berhasil bertanya ke sana dan kemari akhirnya orang tuaku mendapatkan informasi tentang persyaratan umum untuk dapat sekolah di tempat ini, tanpa berpikir lama orang tuaku langsung memenuhi persyratan yang di ajukan oleh pihak sekolah, dan saat itu saya melihat seorang sosok yang berdedikasi tinggi untuk anak-anaknya tercinta agar dapat bersekolah di tempat yang baik dan dan menjunjung nilai-nilai spritualitas pula. Memang benar sih, silsilah keluarga dari keturunan orang tua kami merupakan silsilah para panganut paham-paham keagamaan yang tinggi. hal ini dapat di lihat begitu lihainya orang tuakua dalam pengetahuan-pengetahuan berbau agama. Setelah berkeliling mengendarai motor/kereta akhirnya orang tuaku berhasil memenuhi persyaratan yang di pinta oleh panitia penyelenggara. Alhamdulillah, akhirnya sudah selesai “ sambil menarik napas dalam-dalam, ucap orang tuaku”. Sekarang tinggal aku yang berjuang sendiri untuk penentuan akhir kelulusan ku yaitu ujian test. Berselang beberapa hari ujian test-pun dimulai dengan perasaan tidak percaya diri, jiwa ini berani mencoba untuk melangkah. Dengan harapan bisa lulus di sekolah tersebut. Ada dua jalur yang harus aku tempuh untuk bisa lulus di sekolah MTS negeri 2 kota medan tersebut, jalur tulis dan lisan. Di awali dengan ujian tulis yaitu di perintahkan untuk menulis surat al-qur’an yang telah di tentukan panitia penyelenggara “Waduh dalam pikiranku, saya kurang bisa menulis ayat Al-qur’an”, tanpa berpikir panjang aku menulis apa yang aku bisa saja, yang penting sudah berusaha. Waktu yang diberikan panitia untuk menyelesaikan tulisan al-qur’anpun telai habis, sambil menggerutu “ ini benar ga ya? ucapku dalam pikiran. Tapi ya sudahlah” rasa pesimistis untuk bisa luluspun menghujam jiwa ini. Ujian selanjutnya dilanjutkan dengan ujian lisan, yaitu pembacaan ayat-ayta Al-qur’an yang telah di tentukan oleh panitia penyelanggara, Alhamdulillah dalam pembacaan Al-Qur’an tidak ada rasa pesimis melainkan hanya sedikit. Tapi, hal ini tidak mempengaruhi hapalanku, ketika di suruh hafal ayat ini dan itu, alhamdulillah hafal. Tidak berapa lama kemudian, ujian test-pun berakhir, dengan rasa cemas apakah diri ini bisa berhasil lulus, tapi pikiran itu segera aku buang jauh-jauh supaya tidak menjadi hantu di dalam pikiranku. Selang beberapa hari setelah ujian test di lakukan, hari yang di tunggu akhirnya dating juga yaitu pengumuman hasil kelulusan diri ini. Setelah berjuang dengan orang tua untuk datang lebih awal supaya tidak berdesak-desakan dengan orang lain untuk melihat hasil ujian. setelah memakan waktu 45 menit di pejalanan akhirnya aku dan orang tuaku sampai juga. Rasa cemas menghujam jiwa dan pikiran ini. Apakah aku memang di takdirkan besekolah di tempat ini atau tidak. Rasa cemas tersebut aku buang jauh-jauh, aku memberanikan diri untuk melihat hasil ujian test sendirian tanpa mengajak orang tuaku. Satu persatu aku mencari namaku dari jutaan rangkaian nama-nama yang berhasil menembus sekolah jenius spritulitas tersebut. Setelah 10 menit aku mencari tetap saja namaku tidak ada terlihat, ah mungkin kelewatan atau tidak tebaca “ungkapku dalam hati” aku terus mencoba mencarinya lagi, tapi hasilnya tetap sama tidak ada. Aku terus mencoba mencari hasilnya memang tidak ada. Mungkin ada di papan pengumuman sebelah sana “ ucapku sambil menghibur ketidakpastian sang jiwa” aku mendekat dan mencari, hasilnya juga sama. Tidak ada!!!. Sambil menunduk lesu, aku akhirnya menyerah aku tidak lulus di sekolah jenius ini. Sambil menghampiri orangtuaku dan berucap aku tidak lulus aba (red : panggilan orang melayu kepada orang tua lelaki, bapak). Tapi, aku tidak melihat sedikitpun raut wajah kecewa yang terpancar di wajah orang tuaku, melainkan senyuman yang terurai sempurna bagaikan cahaya matahari tersenyum menembus lapisan atmosfir menuju senyuman cahaya pagi. Aku melihat tidak terpancar rasa kesal dan kecewa, dan mulai hari itu aku benar-benar melihat sosok suri teladan yang jujur dalam menghadapi sebuah problemmatika ujian.
Aku dan orang tuaku tidak ingin terlalu lama terjerumus di dalam lembah penyesalan, tanpa berpikir lama, keesokan harinya orang tuaku langsung mencarikan aku sekolah yang ideal untuk aku singgahi dan dapat menambah wawasan intelektual serta wawasan spritulitas dalam kombinasi berpikri. Pilihan orang tua jatuh pada MTS Syuhada, memang namany tidak terlalu familiar di telinga masyarakat kota medan, tapi hari-hari indah metamorfosis menjelang remajaku aku habiskan di sekolah ini.
Waktu demi waktu berlalu begitu cepat, bagaikan kepastian datangnya janji yang telah di tentukan. Anak mungil tadi, kini bermetamorfosis menjadi remaja, melebihi masifitas pergerakan dunia ketiga. Pertumbuhan yang pasti dan tidak dapat di hadang oleh kekuatan teknologi super canggih. Adalah seorang anak sholeh ketika ia masih mengharap kepada rabbnya agar kedua orang tuanya di jaga sebagaimana mereka menjaga aku sewaktu kecil. Doa cinta seorang anak untuk kedua orang tuanya, sambil berharap pertemuan di surga firdaus Allah. Adalah sahabat yang taqwa ketika ia berdoa untuk meminta kepada Rabbnya agar sahabat-sahabatnya di beri kemudahan dan rahmat dari allah azza wajalla. Sebuah implentasi prilaku yang seharunya menjadi sifat setiap insan manusia di seluruh dunia. Mengharapkan kebaikkan untuk ia, keluarga, sahabat, bangsa dan Negara. Adalah manusia sempurna yang manjadi dambaan hati para ibu yang melahirkan anak-anaknya. MTS Syuhada begitu nama sekolah pelabuhanku berikutnya. Tidak banyak orang hafal di mana letak sekolah ini, posisinya memang agak sulit di cari. Tapi, bukan berarti tidak bisa, hanya saja pengelolaan sekolahnya yang tidak begitu professional sehingga sekolah tersebut kurang di kenal masyarakat luas, akhirnya sekolah tersebut sulit untuk meyakinkan para orang tua untuk menyekolahkan anak-anaknya bersekolah di MTS Syuhada. Tapi, aku bersyukur kapada Allah SWT karena aku di takdirkan mengenyam pendidikan di sekolah ini, ada baiknya kita tidak selalu memandang Sesuatu hal itu dari sisi negatifnya. Tapi, kita juga perlu melihat sisi positifnya , banyak manusia yang terjerat dalam pemikiran yang di buatnya sendiri, karena ia hanya melihat sisi negative di dalam dirinya tanpa melihat aspek positive di dalam dirinya. Belenggu pemikiran yang perlu di sederhanakan menjadi sebuah tantangan yang menyenangkan untukn di selasaikan. Banyak aspek positif yang aku dapatkan di sekolah ini, mulai dari keramahtamahan guru yang mengajar, teman yang baik, jajanan yang beraneka ragam (membuat yang punya banyak uang akan berpikir ulang untuk menabungnya kembali) hingga pola pembelajaran yang aplikatif antara guru dan siswa. Saya akui sejujurnya diri ini cinta membaca, suka bahasa inggris dan lain sebagainya saya temui di sekolahku ini, sekolah yang sederhana tempat lahir para cendikiawan muda islam kelak.
Rasa malu sekaligus bisu seribu bahasa aku awali pertemuan aku dan teman-teman baru di kelas satu MTS Syuhada, aku menganggap itu hal biasa yang juga terjadi pada setiap anak di seluruh dunia, karena hal tersebut merupakan komunikasi verbal yang secara tidak langsung dapat di lihat dari gerak dan alunan tubuh seseorang, walaupun seorang itu tidak berbicara sepatahpun. Komunikasi inilah yang aku pelajari untuk mengetahui karakter-karakter teman-teman baru di kelasku. Hari pertama, kedua dan ketiga tidak terlalu banyak interaksi yang kami lakukan hanya sekedar bertanya kabar, pelajaran dan kegemaran. Tapi, hal ini berubah total ketika kita sudah bertemu sepuluh kali, kami sudah mulai akrab dan mulai membangun nuansa kekeluargaan yang ramah dan saling menghargai. Di ruangan kelas yang berukuran 8x8 meter yang merubah paradigma berpikirku tentang dunia remaja. Banyak hal baru dan unik yang aku temui di sekolah ini, mulai dari kenangan indah hingga pahit yang takkan aku lupakan hingga saat ini. Belajar sambil bersenda gurau, aktivitas yang sring aku lakukan dengan teman-teman dan guru-guruku jika kejenuhan menghujam pikiran ini. Tapi, esensi dari senda gurau itu tetap berakhir dengan pengetahuan baru bagi kami untuk membuka cakrawala wawasan berpikir tentang dunia baru. Satu yang aku sesalkan dari aktivitas yang aku lakoni saat itu, yaitu belum tersedianya organisasi-organisasi sebagai akomodir kebutuhan kreativitas dan aktivitas kami, saya akui sekolahku memang cukup jauh tertinggal dari sekolah setingkat di kota medan, sebuah penyesalan yang tak pantas di biarkan terlalu lama, karena organisasi merupakan alat efektiv untuk meningkatkan daya berpikir dan kritis setiap siswa di belahan dunia ini. Tiada hal yang fantastis yang aku lakukan untuk sekolahku ini walaupun mereka telah berjasa besar menumbuh kembangkan pola pikirk dan nalarku. Tapi aku berjanji kelak aku akan memajukan MTS Syuhada itu janjijku, bukan sebuah janji kosong tapi, sebuah janji aksi nyata. Kelas 1, 2 dan 3 aku melewatinya begitu warna-warni, ceria dan canda kami jalani bersama. Salah satu sejarah kehidupanku yang menjadi modalku untuk mengarungi badai kehidupan yang lebih indah yang sesuai dengan kapasitas diriku. Suatu hal yang membuat hati ini merintih dan melonjak hal yang pasti aku lewati dan takkan pernah terlewati yaitu perpisahan, perpisahan antar aku dan teman-teman yang terulang lagi dalam scenario kehidupanku. Setelah perpisahan yang aku lakukan dengan teman-teman SD-ku kini giliran teman-teman dan guru-guru MTS-ku yang akan meniggalkan aku, walaupun jiwa ini tidak tahu kapan jiwa ini bisa mendengar kembali alunan merdu bait suara yang keluar dari guruku di kelas. Hal yang sangat pahit terpaksa aku ulangi lagi.
Sebuah keterpaksaan yang aku lalui dengan keikhlasan di dalam hati, keikhlasan utuk bisa melepasi kepergian teman dan guruku untuk sementara, walaupun aku tahu persis tidak mudah untuk bisa berkumpul dan bersenda gurau seperti masih di sekolah dulu, karena aku tahu mereka telah sibuk dengan aktivitas mereka masing-masing. Kesadaran utuh yang merasup ke dalam jemari-jemari tangan dan pikiran yang tidak bisa aku ubah dan paksa karena setiap manusia memiliki hak privasi yang tidak bisa aku campuri. Tanpa sadar mata ini berair tak terbendung, akupun merasa kebingungan, kenapa air ini tidak bisa terbendung. Sebuah air mata kecerian yang telah aku lewati dengan para sahabat-sahabat tercinta. Aku takkan melupakan mereka, begitu juga keyakinan yang terhujam di dalam jiwa ini aku yakin mereka masih mengingatku.

 Sejarah masa MAN 1 Medan
Perbedaan di dalam berpikir dan menyimpulkan suatu keputusan merupakan dinamika yang harus di syukuri setiap insan di muka bumi ini. Betapa tidak, banyak ilmu yang berkembang dan bermanfaat bagi masyrakat luas. Suatu kesyukuran yang pantas di apresiasi dengan aksi syukur kepada sang pengenggam jiwa. Sambil tersenyum tersipuh bahagia aku mengabarkan kabar bahagia ini kepada kedua orang tuaku bahwa aku berhasil lulus dan dan salah satu penyandang lulusan denga nilai terbaik. Sambil mengucapkan rasa syukur yang terdalam orang tuaku tersipuh indah bahagia mendengar informasi dari anaknya. Euphoria ini takkan aku biarkan berlama-lama menghinggapi hati ini, aku langsung membidik tempat pelabuhanku berikutnya. Dengan rasa percaya diri yang tinggi, aku langsung membidik MAN 1 Medan tempat pelabuhan sang jiwa ini berikutnya. Tempat perubahan yang dahsyat dalam merubah demensi kehidupan dan pemikiran diri ini. Perubahan totalitas seorang pujangga kahtulistiwa Indonesia.
Aidil Ghufran Rasyid, beginilah mereka akrab memanggilku. Sebuah nama yang kelak akan sebanding dengan deretan nama para pujangga pahlawan islam dan pujagga pahlawan Indonesia. Adalah suatu kesadaran bagiku untuk bisa memberikan perubahan bagi negeri dan dunia ini. Ada kesadaran yang menghujam di dalam jiwa ini untuk bisa membantu bagi mereka yang lemah, memberikan teladan bagi mereka yang memerlukan suri teladan. Karena aku adalah manusia yang di takdirkan Allah untuk negeri dan dunia ini. Aku cinta negeri khatulistiwa ini, aku cinta kedamaian dunia ini. Oleh karena itu, aku sadar betul negeri dan bumi ini memerlukan jasa seorang inspirator teladan, negeri dan bumi ini perlu ksatria yang gagah berani untuk menghancurkan kemungkaran dan kebatilan. Dan aku mendedikasikan hidupku untuk negeri para malaikat ini. Aku sudah memulainya dengan perubahan diri hinggah mempengaruhi mereka ke jalan yang seharusnya mereka lewati, yaitu jalan kebaikkan, demi tercapainya keseimbangan dalam setiap aspek kehidupan. MAN 1 Medan merupakan tempat awal permulaan kesadaran itu aku mulai, awal dari bermasyrakat, awal dari belajar bertanggung jawab, awal dari proses kepemimpinan yang mendengar. awal dari kisah seorang remaja jatuh hati pada seorang wanita inspirasi.
Berbeda dengan pendaftaran sebelum-sebelumnya, pendaftaran ke MAN 1 Medan aku lakukan seorang diri tanpa kedua orang tuaku maupun saudara-saudaraku. Awalnya aku hanya ingin mencari informasi pendaftaran dan informasi tentang MAN 1 Medan. Tapi, melihat semangat teman-teman yaitu mereka langsung mendaftarkan diri ke MAN 1 Medan, akhirnya akupun mengikuti jejak teman-teman. Mencoba keberuntungan dengan niatan optimis di dalam jiwa. Bismillah\, aku coba. “ucapku dalam pikiran”. Setelah sibuk mencari informasi persyratan apa saja yang harus di siapkan. Akhirnya informasi itu berhasil aku kumpul untuk langsung mendaftarkan diri sebagai calon siswa di sekolah tersebut. Persyaratan yang di pinta telah aku berikan kepada panitia penyelenggara. Dengan rasa optimis yang menggebu di dalam hati ini sekaligus tersimpan hasrat tidak percaya diri, tapi hal itu berhasil aku tutupi dengan permadani sutra optimis. Setelah selesai, aku langsung pulang kerumah dan mengkomunikasikan hal ini kepada orang tuaku. Wajah bahagia terpancar di wajah kedua orang tuaku, karena aku bisa mendaftar sendiri. Itu adalah komitmen aku terhadap jiwa ini, perlu ada kesadaran untuk menjadi lebih baik dari waktu ke waktu. Senyum bahagia belum terlepas dari tempelan wajah orang tuaku, sebuah implementasi kesyukaran yang luar biasa. Jiwa ini sudah tidak sabar melihat hasil kelulusan yang di publikasikan oleh pihak panitia. Berbeda pada MTS Negeri 2, di MAN 1 Medan tidak di lakukan ujian tertulis maupun lisan untuk menyaring siswa-siswa barunya. Mungkin di lihat dari hasil nilai ahkir Ujian Nasional waktu MTS dulu, hal ini membuat hati ini semakin optimis yakin akan menjadi keluarga besar MAN 1 Medan, karena aku merupakan salah satu lulusan terbaik di MTS Syuhada. Akhirnya hari yang dinanti datang jua, dengan rasa optimis yang luar biasa aku yakin lulus, aku melangkah keluar rumah dengan kakakku Marlina Rasyid untuk melihat hasil kelulusan. Walaupun tetap optimis tetap saja terbersit pesimis yang mencederai jiwa ini, jika aku belum melihat secara langsung kelulusanku. Mencari dan terus berjuang mencari namaku di papan pengumuman, berdesak-desakkan dengan teman-teman yang lain. Aku terus mencari, kok tidak ada ya, ah mungkin kelewat kali “gumamku”. Aku ulangi pencarian namaku lagi dengan teliti dan berhati-hati, huruf a..a..a..aa..aa eits Aidil Ghufran Rasyid. Alhamdulillah, jiwa tenang dan rasa syukur langsung menyejukkan jiwa ini. Tanpa di sadari mata ini berkaca-kaca, tanda kesedihan bahagia yang tiada tara. Aku bersyukur kepada Allah yang telah memberiakan aku kesempatan untuk menimba ilmu di MAN 1 Medan. Setelah melihat namaku tetera di papan dinding informasi, aku langsung menemui kakakku dan meluapkan kegembiraan yang luar biasa. Kegembiraan yang dapat di lukiskan bagaikan alunan kicauan suara burung yang menari-nari di pagi hari, kebahagiaan alunan irama suara jangkrik ditaman kota, indah menghibur mereka para dewa. Aku sangat merasakan kebahagian yang dalam saat itu, walaupun aku belum berhasil masuk di MTS Negeri medan, Allah telah menakdirkan untukku MAN 1 medan, sebuah scenario indah dari sang maha pencipta untuk setiap hambanya yang besyukur.
Bergerak dengan ikhlas, karena keikhlasan akan menghasilkan aktivitas, dan aktivitas yang kontinyu membawa kita pada kreativitas, kreativitas yang kontinyu melahirkan kualitas. Dan kualitas yang terpelihara menghasilkan integritas. Maka, integritas yang terpelihara akan membawa kepada loyalitas. Dan bermuara pada kekuatan kerja tak kenal menyerah : sebuah totalitas. Saya menyadari betul dengan niat yang ikhlas dalam menuntut ilmu merupakan cara yang terbaik untuk menyerap keilmuan yang di sampaikan oleh guru di kelas. Aku mengawali hari pertama sekolahku dengan niat yang ikhlas hingga berhasil secara total dalam segala aspek kehidupan. Awal cerita indahku di MAN 1 Medan berawal dari ta’aruf atau pengenalan yang di adakan oleh pihak sekolah dan dilaksanakan oleh kakak OSIS MAN 1 Medan. Memang ada sedikat berbau kekerasan dalam pelaksanaan ta’aruf tahun ini, mau itu langsung ataupun tidak langsung tapi kekerasan yang terjadi cendrung tidak langsung yaitu hanya sekeder bentakan kasar. Mungkin kebudayaan tahun-tahun sebelumnya yang membuat budaya ini terus berkembang, biasanya kebudayaan yang di buat oleh generasi sebelumnya, cendrung kebudayaan itu di ikuti oleh juniornya di masa yang akan datang. Hal ini menjadi komunikasi salah arah, sebab di khwatirkan esensi dari ta’aruf tidak dapat di pahami dan di amalkan oleh para peserta ta’aruf. Perlu adanya kesadaran pendekatan emosi dan pendekatan suri teladan di dalam pembinaan para peserta ta’aruf. Tapi, saya menilai penyelenggaraan ta’aruf tahun itu cukup berhasil.
Ini awal scenario cerita itu bermula. Awal aku bersekolah di MAN 1 Medan, hampir sama aku hadapi seperti awal-awal masuk sekolah sebelumnya, diam seribu bahasa dan hanya berkomunikasi dengan teman yang lama ku kenal. Tapi, ada sedikat perbedaan pada hari pertama sekolahku, yaitu aku mencoba memberanikan diri untuk berkomunikasi terlebih dahulu, hasilnya luar biasa. Respon positif dari teman-teman yang lain juga. akhirnya nuansa keakraban terjalin begitu cepat bagaikan akar yang merambat cepat di dalam perut bumi. Aku memilih untuk duduk di bangku paling depan agar lebih cepat di kenal oleh guru-guru baruku dan lebih leluasa dalam proses belajar. Hasilnya memang tepat, jika aku kesulitan dalam pembelajaran aku langsung bisa bertanya dan terdengar jelas olehku. Keinginan diri untuk bisa menjadi lebih baik dari waktu ke waktu, ini merupakan salah satu slogan hidupku untuk bisa menjadi insan terbaik.
Waktu yang aku lewati dengan teman sekelas berjalan fluktuatif seperti kebanyakan siswa di Indonesia. Bercanda dan berbagi merupakan keseharian yang kami lakukan untuk membunuh kejenuhan dan mentransfer pengalaman yang kami alami. Berbagi kisah tentang pengalaman hidup sekaligus share tentang pelajaran sekolah. MAN 1 Medan merupakan salah satu sekolah negeri unggulan di kota Medan, sudah pasti terdapat banyak orang cerdas dan aneka organisasi untuk mendukung kreativitas anak didik di sekolah tersebut. Aku memilih KKD (kursus kader dakwah) untuk mengembang tumbuhkan kreativitas bakatku. Memang dunia sekitar keagamaan tidak terlalu aneh bagiku, melihat silsilah keluarga yang mayoritas kuliah di jurusan berbasis keagamaan. Awal cinta ini bersemi terhadap KKD bermula dari perkenalan oleh kakak kelas tentang keindahan dunia dakwah, alangkah indahnya hidup ini jika kita dapat menyeru kepada perbuatan baik dan menjauhi dari perbuatan mungkar “ucap salah satu kakak kelasku”. Hal yang pertama membuatku bersemangat untuk bersama berjuang untuk menegakkan kebaikkan bersama. Memang sahabat seperti ini yang aku cari, yaitu sahabat yang memiliki satu pemikiran dengan aku. Memang aku sudah lama berafiliasi dengan organisasi keagamaan seperti ini, tapi organisasi yang di isi oleh para remaja, baru pertama ini aku lakukan. Tidak membutuhkan waktu lama aku menganggukkan kepala ini “ sebuah simbul kesetujuan yang berdasar dari hati nurani” aku langsung tertarik dan ikut berjuang bersama di organisasi dakwah sekolah ini.
Aidil Ghufran Rasyid, bagitulah teman-teman sekelasku memanggilku. Sebuah nama yang menggariskan keturunan akan sebuah keyakinan terhadap diri demi kemajuan bangsa. Karena negeri ini butuh para pemuda yang energik, integritas, pintar, dan visioner, untuk membangunkan raksasa yang terlelap tidur hingga kini. Dan aku menyatakan kesiapan untuk membangunkan raksasa yang terlelap tidur tersebut. Banyak pelajaran dan ilmu hikmah yang aku dapatkan ketika aku berorganisasi di KKD, aku belajar menghargai, aku belajar empati, aku belajar untuk saling memahami dan aku belajar untuk saling memberi serta berbagi. Cinta yang takkan pernah aku lupakan dalam perjalanan histori cerita hidupku. KKD Man 1 Medan begitu berarti dalam tumbuh kembangku berarti dalam tumbuh kembang berpikirku. KKD Man 1 Medan merupakan symbol spiritual dalam dalam sekolahku, banyak juga secara tersirat ketidaksukaan seorang atau kelompok atas eksisitensi KKD di Man 1 medan. karena kami meyakini, hal ini disebabkan ketidakpahaman mereka terhadap di dalam nilai-nilai yang kami sampaikan. Perlu adanya sosialisasi komprehensif agar masyrakat sekolah menyadari pentingnya posisi KKD di dalam menyampaikan kebaikan dan keadilan dalam menciptakan kondisifitas proses belajar dan mengajar. Satu hal yang ingin ku sampaikan untuk sejarahku ini yakni aku dibesarkan dan dikembangkan dalam nuansa keakraban serta saling menghargai atas kekurangan yang kami alami. Sebuah histori sejarah yang takkan pernah aku lupakan dalam hidupku.
Ayunan lagu yang menghinggap di dinding udara dan mengikuti arah tujuan dari udara itu kemanapun ia bergerak, sebuah keyakinan berdasarkan pemahaman yang sudah di pahami oleh ayunan lagu terhadap udara yang membawanya. Begitu pula dengan diri ini, keyakinan akan kebaikan yang akan disampaikan oleh kakak kelas adalah proses penyerahan diri yang aku lewati dengan pemahaman dan aku yakin kakak kelasku adalah suri teladan terbaikku saat itu. Mereka adalah guru di saat aku butuh ilmu, mereka adalah pelatih di saat diri ini butuh pengarahan, mereka adalah para pementorku saat diri ini butuh tempat berbagi. Aku sudah naik kelas XI (kelas 2), sekarang aku adalah panutan baru dari adik-adikku. Hal yang diajarkan oleh kakak kelasku merupakan modal utama aku dalam mengambil tindakan.banyak pengalaman yang indah yang takkan pernah aku lupakan dalam hidupku di kelas XI ini, awal terbukanya misteri impianku, awal terbukanya rahasia jati diriku, awal mulanya diri ini mengenal romansa yang hakiki. Kelas XI merupakan lonjakan awal yang mempengaruhi jalan hidup ini, sekarang dan yang akan datang.
Kelas XI merupakan awal diri ini mengenal istilah kepemimpinan hakiki di dalam berorganisasi, aku di perkenalkan tentang amanah, tanggung jawab, pemecahan permasalahan dan teori lainnya tentang kepemimpinan. Hal ini bermula ketika aku di tunjuk sebagai ketua Instruktur dalam design struktur organisasi siswa intra sekolah (OSIS), tugasku yaitu meningkatkan kualitas instruktur OSIS MAN 1 Medan. Instruktur di dalam kelembagaan osis ini bertujuan untuk menjadi guru, pelatih, pemateri serta panutan adik-adik kelas di bawah kami, sebuah amanh yang apabila langit dan bumi tidak akan sanggup memikulnya. Tapi, aku yakini ini adalah jalanku menuju diriku sebenarnya. Lalu, aku anggukan kepala ini tanda aku setuju atas amanah yang akan ku nakhodai hingga tahun depan. Satu hal juga yang membuatku begitu tertantang sekaligus termotivasi untuk mengambil amanah ini, karena di sisiku ada seorang yang sangat tangguh sekaligus berpengaruh dalam hidupku hingga kini. Beliau yaitu wakilku dalam dunia instruktur yakni Muhammad eko dilliansyah. Aku mengenalnya memang tidak terlalu lama, hanya 1 tahun tapi pengaruhnya dalam hidupku begitu berarti. Aku bersyukur kepada Allah yang telah mempertemukan aku dengan Muhammad eko diliansyah. Beliau memiliki pendirian yang teguh, keinginan yang kuat serta seorang pekerja keras. Merupakan sosok yang sangat tepat bagi perkembangan pola berpikir jiwa ini.
Kami mengawali kerjasama ini dengan keikhlasan yang terurai dari perbuatan dan ucapannya, hal yang membuat aku lebih bersyukur lagi yakni di kelas XI aku satu jurusan dan sebangku dengan beliau. Sebuah rasa syukur yang takkan dapat terbendung lagi, semakin banyak jiwa ini mendapatkan ilmu dari beliau. Kami menjalani tugas sebagai tim instruktur dengan baik dari sebelumnya, hal ini dapat terlihat kontinyuitas pelatihan yang di adakan 1 minggu sekali. Dunia instruktur merupakan dunia awal yang mengajarkanu tentang dunia komunikasi antar audience. Hal yang mengajarkanku pula tentang komunikasi efektif, dialetika hingga bahasa verbal dan non verbal didalam berkomunikasi. Yang tentunya banyak ilmu yang tak dapat aku lukiskan lewat tulisan ini, ilmu yang mengantarkanku tentang impian yang hakiki.
Muhammad Eko Diliansyah atau sahabat-sahabat lebih mengenalnya dengan panggilan eko, eko memang di kenal oleh dikalangan sahabat-sahabat tipe lelaki pekerja keras dengan wawasan yang luas tentang keilmuan. Beliau sangat hobi dengan dunia bisnis, segala bisnis ia geluti. Mulai dari menjual parfum, keripik, pulsa, pakaian dan lain sebagainya. Jadi kalau kami membutuhkan suatu barang kami tinggal beli dengan beliau ibaratkan kantong ajaibnya doraemon semuanya serba ada. Kegigihan serta kerja keras yang beliau miliki membuat diri ini mengikuti langkah jejaknya terutama dalam dunia bisnis, hal inilah yang menjadi cikal bakal yang menginspirasi jiwa ini untuk tetap berkomoitmen di dunia bisnis dan ekonomi. Sedikit banyaknya pengaruh dalam pengambil keputusan bisnis yang saya lakukan dahulu hingga saat ini merupakan gaya keputusan yang saya pelajari dari beliau. Aku mengawali dunia bisnis real lewat menjualkan minyak wangi non alcohol yang aku beli langsung dari beliau, di jual dengan Rp. 10.000,-. Dari 1 buah minyak wangi ini aku mendapatkan keuntungan Rp. 2500,- lumayan juga nie buat nambah uang jajan “gumamku dalam pikiran”. Awalinya memang sedikit malu, tapi lama-kelamaan rasa malu itu mulai hilang. Rasa percaya diripun menjadi karakter baru dalam hidupku. Aku mulai menawarkannya dengan keluarga, teman sekelas, tetangga hingga jamaah masjid dekat rumahku. Hasilnya, fantastis!!! Penjualan hari ini hampir habis hingga keesokan harinya aku mengambil barang lagi dengan beliau. Begitulah seterusnya. Awal kesadaranku betapa diri ini sudah terpanah dengan dunia bisnis.
Hal yang membuat diri ini pahit untuk melaksanakannya, enggan pula untuk menahannya. Karena ini adalah sunnahtullah yang aku perlu dapat menerimanya dengan hati yang ikhlas serta berdoa keselamatannya dalam menuntut ilmu. Aku dan beliau harus berpisah di pertengahan jalan, dikarenakan keinginan beliau yang kuat untuk belajar agama di pulau jawa. Suatu keputasan yang tak dapat ku terima dengan bahagia, jiwa ini merintih dan merasa kehilanagan sahabat yang menginspirasi dan banyak mempengaruhi karakter hidupku. Tapi, aku meyakini hal ini merupakan pilihan terbaik untukku dan beliau. Hati ini hanya bisa berdoa untuk keselamatan dan keberhasilan beliau di pulau jawa. Semoga Allah melimpahkan rahmat dan hidayah buat engkau saudaraku. “Gumam jiwa ini dengan merintih”
Aku tahu jiwa ini telah hilang sebahagian, aku tahu jiwa ini harus berjuang sendiri di dunia instruktur, aku juga mengetahui aku harus sadar dengan kekuatan diriku sendiri. Aku memulai perjuangan ini dengan tetap mempertahankan tren positif yang telah aku dapatkan bersam beliau. Tren positif di dunia instruktur, dunia bisnis dan juga tren positif dalam mengkombinasikan spritualitas dalam menjalankan roda bisnis. Tidak mudah melupakan beliau dalam aktivitas hidupku, seiring berjalanya waktu dan hiburan indah dari kicauan burung di angkasa raya yang membuatku perlahan melupakan sosok yang berpengaruh di dalam hidupku, aku menyadari betul jiwa ini tidak sepenuhnya bisa melupakan sosok Muhammad Eko Diliansya dalam hidupku, aku berterima kasih kepada Rabbku yang telah mempertemukan jiwa ini kepada beliau, scenario indah dari tuhanku untuk makhluk ciptaanya. Tanda bukti cinta Allah terhadap setiap makhluk ciptaanya.
Aku meyakini bahwa hiburan terindah dalam hidupku dan dalam hidup beliau yakni dapat mengembangkan ilmu yang telah dipahami dengan berbagi dan aksi. Aku tidak mungkin bersedih dalam keadaan seperti ini, jiwa ini perlu bangkit kembali dan menemukan jalan yang baik untuk menumbuh kembangkan bakat yang terpendam dan yang terampas. Sedikit demi sedikit namun pasti, aku mulai mengembangkan bakat dan memperluas jaringan bisnis serta mencoba aneka bisnis baru, itu merupakan komitmenku terhadap jiwa yang telah di tinggal pergi, walaupun ia tidak tahu kapan hal ini aakan kembali bersatu. Aku memulai percobaan bisnis baru untuk mempertajam soft skill dan hard skill diri ini agar dapat berkompetisi dengan para competitor. Hasilnya, luar biasa!!! Ide bisnis serta dukungan dari sahabat dan keluarga mengalir deras. Aku mulai mengembangkan usaha di bidang penjualan buku tulisan, pakaian, telur bebek dan ayam, obatan-obatan herbal hingga jualan kelapa. Hal ini aku lakukan untuk mengasah ketajaman jiwa ini dalam dunia bisnis. Walaupun aku di sibukkan dengan aktivitas usahaku, tapi aku tahu betul tanggung jawab utama aku sebagai seorang pelajar yang mengajarkanku cara berpikir sistematis. Sekolah merupakan prioritas utamaku saat ini, walaupun terkadang rasa malas menghantam diri ini. Kelas XI Aliyah merupakan cerita inti dalam awal babak kebangkitan jati diri dan awal dari proses program pikirian yang terintegral dalam tujuan hidup yang abadi.
Aku merupakan kader yang ingin memberikan terbaik untuk organisasiku. Menahan keinginan serta focus pada amanah merupakan hal rutinitas yang aku lakukan untuk bisa menahan kegundahan perasaan ini. Aku sangat mencintai KKD MAN 1 Medan, organisasi yang sangat berpengruh memberikan pelajaran serta menemukan jati diri insan ini. Adalah kesadaran dan kegundahan yang ingin ku sampaikan pada dunia ini, kelak aku akan memberikan yang tebaik serta menghadirkan generasi-generasi rabbani yang siap mengguncang saentero dunia ini. Itu merupakan impian terbesarku untuk KKD-ku. Walaupun hingga saat ini aku belum bisa berbuat banyak serta memberikan bantuan nyata untuk organisasi ini. Aku takkan pernah melupakanmu walaupun jiwa ini jauh meninggalkanmu. Janjiku akan ku tepati, walaupun aku tidak tahu itu kapan dan dimana. Tapi, aku sudah berjanji bagaikan janji seorang pendekar samurai untuk mati menjaga kaisar, bangsa dan Negara.
Pengalaman indah ini tidak selamanya stagnan, ada dinamika kehidupan yang aku lewati dengan sahabat-sahabat di kelas dan organisasi. Tapi, aku adalah pujangga khatulistiwa Indonesia yang siap memajukan Indonesia, mulai hari ini, dari hal yang terkecil hingga ku azamkan untuk merangkai senyum cahaya masyarakat Indonesia dan dunia. Dinamika yang kuhadapi telah kuyakini merupakan trigger dalam kehidupanku menuju impian sempurna jiwa ini. Rasa malas, diskomunikasi, hingga pertengkaran kecil yang pernah aku hadapi dengan sahabat-sahabat. Ada cara yang efektif untuk menghilangkan rasa malas di dalam jiwa ini, yang pertama aku harus terus bergerak supaya rasa malas tidak terus membuntuti. Ibaratkan seperti dua mobil yang berbeda, yang pertama sedang berjalan dan yang kedua mobilnya tidak berjalan, kalau kita di suruh mendorong mobil yang pertama dan kedua, menurut anda mobil mana yang memerlukan energi yang banyak untuk mendorongnya. Mobil yang pertama atau yang kedua? Aku yakin kita semua sepakat, bahwa mobil kedualah yang lebih berat dengan mengeluarkan tenaga ekstra jika di bandingkan mobil yang pertama. Begitu pula dengan kehidupan yang kita alami, semakin lama kita berhenti (malas-malasan, kebanyakan tidur, kebanyakan menonton TV) bisa di jawab bahwa jiwa ini terasa sangat berat untuk di ajak beraktivitas. Jadi, kita perlu melakukan aktivitas-aktivitas yang membuat tubuh dan pikiran ini terus bergerak. Kedua, aku harus menghilangkan bayangan masa depan yang buruk, artinya mulai detik ini jiwa ini perlu berpikir indah dan penuh tantangan yang menyenangkan. Untuk satu jam, satu hari, satu minggu hingga satu tahun kedepan. Hal ini dimaksudkan untuk memprogramkan pikiran untuk terus bersemangat. Karena ada keindahan untuk hari esok yang telah menanti. Kreativitas hingga totalitas di dalam beraktivitas menghujam di dalam jiwa orang tersebut. Contoh sederhananya seperti ini, seseorang akan cendrung malas untuk beraktifitas ketika ia telah mebayangkan bahwa pekerjaan yang saya lakukan di kantor pasti seperti ini, seperti ini dan seperti in. pikiran negative tentang pekerjaan yang belum di kerjakannya menjadikan seseorang mengurungkan niat untuk berangkat kerja ke kantor. Berbeda dengan seorang karyawan yang berpikir indah tentang pekerjaanya di kantor, ia berpikir sepert ini, hari ini aku berangkat ke kantor. Alangkah indahnya pekerjaan di kantor hari ini, karena dengan pekerjaanku aku dapat membantu masyarakat yang membutuhkan bantuanku. Ada proses berpikir yang berbeda dari kedua contoh diatas, dan kita bisa memilih yang mana yang membuat jiwa ini terus bersemangat dan penuh totalitas. Hal inilah yang membuat aku terus terjaga dari tidurku hingga dapat merangkai tujuan-tujuan indahku untuk hari brikutnya.
KKD MAN 1 Medan merupakan ruh serta representasi dari sikap dan perbuatan kami. KKD yang ada sekarang ini merupakan representasi nyata dari keinginan dan kegigihan mereka yang mengelola. Aku dan sahabat-sahabat telah berusaha untuk terus memajukan KKD MAN 1 Medan agar terus di percaya oleh masyrakat sekolah untuk mengelola dan membina adik-adik kelas yang tergabung dalam KKD itu sendiri. Walaupun aku dan sahabat-sahabtku cukup aktif di organisasi, kewajiban utama kami sebagai siswa tetap kami jalani dengan ketekunan dan kerja keras. Walaupun aku tidak pernah meraih ranking 3 besar di kelasku, tapi aku cukup bersyukur karena aku telah berusaha seoptimal mungkin. Tapi, aku sangat bahagia dan memuji jika adik-adik kelasku yang aktif di organisasi dan ia berhasil meraih predikat terbaik (ranking 1,2 dan 3) di kelasnya. Aku menyadari betul hal ini takkan bisa aku biarkan secara terus menerus, aku terus berusaha untuk menjadi yang terbaik, namun aku menyadari bahwa ada yang lebih baik dari jiwa ini. Namun aku tak pernah berputus asa, kalau sekarang aku tidak bisa, aku yakin kelak aku bisa menjadi yang terbaik di bidangku. Senandung indah ku dapatkan dari kakak kelasku. Senandung indah yang sangat tepat mengimplementasikan jiwaku saat itu.

Ketika wajah ini penat memikirkan dunia maka berwudhulah.
Ketika tangan ini letih menggapai cita-cita, maka bertakbirlah.
Ketika pundak tak kuasa memikul amanah maka bersujudlah.
Ikhlaskan semua dan mendekatlah pada Allah.
agar tunduk di saat yang lain angkuh
agar teguh di saat yang lain runtuh.
Agar tegar di saat yang lain terjatuh.

Aku tidak akan pernah merasa bangga terhadap keberhasilan yang aku miliki sekarang ini, tapi aku bersyukur atas anugerah yang telah Allah berikan kepadaku hingga saat ini. Ketidakbanggaanku terhadap raihan yang aku miliki sekarang ini merupakan proses stimulus agar jiwa ini terus berkarya dan berbagi, sedangkan rasa syukur yang ku rasakan merupakan implementasi cinta seorang hamba terhadap penguasa alam jagad ini. Hal yang tidak bisa dipisahkan dalam dua demensi yang berbeda yakni memacu semangat serta pengakuan kelemahan diri. Tidak lama lagi, jiwa ini akan meninggalkan KKD MAN 1 Medan, karena sebentar lagi aku dan sahabat-sahabat akan melaksanakan Ujian Nasional pada bulan April bulan depan, keindahan yang selama ini aku dapat di organisasi ini tiba-tiba terbuka lebar dan menghiasi alam bawah sadarku, kenangan keindahan yang takkan pernahku lupakan, kenakan yang takkan ku sia-siakan.
Selama matahari masih bersinar cerah, selama ruh masih di kandung badan, selama jiwa ini bisa bekerja aku akan terus memberikan yang terbaik untukku, keluarga, sahabat serta Indonesia. Aku takkan pernah berhenti berkarya hingga datang ketentuan yang telah ditetapkan oleh Allah azza wajalla. Hari yang ditunggu-tunggu akhirnya datang juga yakni Ujian Nasional, ujian yang menentukan kami lulus atau tetap bertahan. Kerja keras serta doa merupakan iringan rutinitas kami sebelum dan saat itu, berlomba-lomba untuk menjadi yang terbaik dari yang terbaik. Aku akui memang terdapat kedikadilan dalam Ujian Nasional yang di adakan oleh kementerian pendidikan yang kali ini mewakili pemerintah Indonesia. Bagaimana tidak, coba kita bayangkan bersama tiga hari ujian dapat menentukan kelulusan kita selama tiga tahun kita menuntut ilmu di tempat sekolah kita. ketidakadilan yang perlu dicarikan solusi yang terbaik demi meningkatkan kualitas pendidikan di negeri ini. Hal inilah yang menjadikan setiap sekolah berlaku curang terhadap ujian nasional yang serentak di lakukan di seluruh di Indonesia, kecurangan yang dilakukan pihak sekolah biasanya memberikan jawaban soal yang diujikan. Sebuah tingkah laku yang seharusnya tidak boleh terjadi, jikalau pimpinan pendidikan negeri ini melakukan cara dan metode yang efektif untuk menunjang semangat juang para pelajar dalam menuntut ilmu. Ujian nasional yang aku hadapi selama tiga hari ini penuh dengan ketidakjujuran. Tapi, hal ini merupakan pelajaran yang harus di sikapi dengan positif serta meningkatkan kualitas proses belajar dan mengajar serta perlu adanya sinergi pihak sekolah dan pemerintah menuju kualiatas pendidikan yang hakiki. Aku tinggal menunggu hasil kelulusan atas kerja kerasku selama tiga tahun ini. Rasa resah begitu besar menghinggapi jiwa ini, memikirkan tentang kelulusan, apakah aku lulus atau tidak? “gumamku” doa melupakan jalan terakhirku setelah ikhtiar aku lakukan.
Ikhlas dalam memberi serta ikhlas dalam melaksanakan amanah merupakan awal kita menuju totalitas dalam beraktifitas, hari yang di tunggu akhirnya datang jua. Yakni informasi kelulusan ujian Nasional. Dengan rasa harap-harap cemas jiwa ini terus di hinggapi rasa takut yang berlebihan, bagaikan paranoid di dalam pikiranku yang selalu berpikir ada setan yang mengikutiku. Sungguh suatu pemikiran yang aneh dan perlu di edukasi lagi. Tapi, percaya atau tidak memang hal itulah yang terjadi olehku dan teman-teman yang lain. Jiwa ini tak henti berdoa supaya Allah memberikan kelulusan bagi hambanya. Sesampainya aku di sekolah, kekuatan paranoid itu semakain dalam menghujam jiwa ini. Terus menghujam bagaikan pukulan ombak yang bertubi-tubi di bibir pantai. Setiap detik dan setiap waktu. Ketakutan itu terus menghujam sampai guru wali kelasku menginformasikan kelulusan aku dan sahabat-sahabat lainnya. Tiga puluh menit penantian bagaikan tiga tahun menunggu hasil kerja keras belajar menuntut ilmu. Hal yang di nanti akhirnya datang juga yakni kedatangan wali kelasku ibu fatmawati, dari wajahnya terpancar senyuman indah bagaikan seorang ibu yang telah lama kehilangan anaknya yang telah kembali. Aku tidak terlalu maksud dan isyrat itu moga-mogahan saja itu pertanda baik “gumam pikiranku”. Senyumnya tetap merekah sambil duduk di kursi tempat biasa ia mengajar kami. Paranoid itu menjadi gumpalan gelembung besar yang siap menghujam jiwa ini. Tak berani menatap wajah sang pahlawan tanda jasa tersebut, jiwa ini berusaha menghilangkan paranoid dan memasuki dunia tawakkal kepada Allah. Menerahkan sepenuhnya kepada Allah azza wajalla. Akhirnya ibu guru mulai berbicara dan mengungkapkan ucapan yang takkan pernah aku lupakan, sambil tebata-bata karena inngin memberikan kejutan kepada kami. SELAMAT kelas XII IPS2 semuanya berhasil lulus, “ucap sang guru pahlawan kami tersebut”. Paranoid yang besar menggumpal hilang entah kemana, rasa syukur terus menghujam bibir ini tanpa henti. Alhamdulillah “ucapku sambil menarik nafas dalam-dalam” hati dan jiwa ini hanya bisa bersujud syukur atas kelulusan yang telah Allah Azza Wajallah titipkan kepada jiwa ini. Rasa syukur dan berkomoitmen untuk terus menjauhi larangannya serta melaksankan seluruh perintahnya merupakan hal yang pantas ku lakukan sebagai wujud rasa syukur yang dalam ini. Aku terus bersyukur dan menyaksikan euforia kebahagiaan di raut semua sahabat-sahabatku di kelas XII IPS 2. Lautan kegembiraan menghinggapi jiwa ini dan lorong-lorong kelas setiap kelas di sekolahku. 
Kesalahan yang setiap kita lakukan merupakan investasi bagi kita untuk tidak melakukan kesalahan itu lagi untuk keesokan harinya, bagaikan seekor keledai yang takkan ingin terjatuh pada lubang yang sama. Hal inilah yang perlu ada di dalam jiwa kita, melakukan hal yang terbaik untuk hari esok dan menjadikan pelajaran atas kesalahn yang telah kita lakukan pada hari kemarin. Saat ini aku ingin fokus pada impian dan tempat pelabuhanku berikutnya, namun kenangan indah serta ilmu yang telah kudapatkan takkan ku sia-siakan. Terima kasih MAN 1 Medan, terima kasih KKD.

 Perjuangan menembus PTN UIN Sunan Gunung Djati bandung
Saat ini target utamaku yakni menembus Universitas Indonesia, kerja keras serta tawakkal merupakan senergi yang tak bisa di pisahkan dalam jiwa ini agar impian itu tercapai. Aku ingin mengambil fakultas ekonomi jurusan manajemen, karena ingin mengembangkan jiwa bisnisku. Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) merupakan cara yang efektif untuk menembus perguruan tinggi negeri pilihanku. Mengerjakan soal, latihan serta membawa buku di manapun aku berada merupakan ikhtiarku saat itu. Namun ujian dan tantangan itu tetap aja ada disisiku. Mulai dari rasa malas, pesimistis dan sifat negatif lainnya. Hal inilah yang membuat diriku untuk mengambil bimbingan test sebagai jalan yang terbaik agar jalur impian tetap terjaga. Aku memilih Adzkia sebagai pilihanku, karena aku berkeyakinan adzkia merupakan tempat yang tepat untuk mengasah dan menggali kecerdasan yang tersimpan di memori otak ini. Setelah berjalan beberapa hari bimbingan test ternyata Allah mengabulkan do’aku, rasa akrab dan nuansa kekeluargaan terjalin erat antar aku, teman dan para pementor. Ketika jadwal materi habis kami bisa berdiskusi pada tempat yang telah di sediakan oleh pihak pengelola. Dari pagi sampai sorepun bisa. Pokoknya adzakia top banget dech “gumamku”. Aku banyak sharing kepada kak diana selaku wali mentorku di adzkia, tentang realistis kemampuanku terhadap perguruan tinggi negeri yang aku pilih, ketika aku sampaikan niat ini untuk terus berburu Universitas Indonesia sebagai pelabuhanku berikutnya, kak diana tersenyum dan terus memberikan motivasi kepadaku, Insya Allah dik bisa. “Ucap kak diana tersenyum merdu”. Aku akui kak diana merupakan motivasiku saat itu untuk bisa menembus UI menjadi tempat pelabuhanku. Seperti biasa, satu jam sebelum adzan maghrib aku pulang ke rumah, jarak rumahku dan adzkia cukup jauh, tapi hal ini tidak menjadikan aku berputus asa, motivasi ini terus membara ingin menembus impianku berikutnya. hampir setiap hari waktuku ku habiskan belajar dan diskusi dengan para pengajar yang ada di adzkia. Setelah sampai di rumah, aku mulai bersiap diri untuk melaksankan sholat maghrib dan di lanjutkan dengan berdo’a. Setelah siang hari aku beriktiar malam hari merupakan waktu perserahan diri sepenuhnya kepada Allah kulakuakan, hal ini aku lakukan setiap hari. Aku yakin ikhtiar dan doa tidak bisa dipisahkan dalam rantai kesuksesan setiap manusia di muka bumi ini. Hal inilah yang menjadi motivasi bagiku hingga saat ini. Aku sangat ingat sekali betapa nikmatnya jiwa ini meminta dan berharap doa kepada Rabbnya saat itu. Tanpa sadar linangan air mata mengalir sepatah demi sepatah. Aku merasakan ketentraman hati serta kesejuakan hati yang tak pernah aku dapatkan ketika diri ini beraktivitas di siang hari, aku tidak tahu, apakah ini yang dinamakn tawakkaal sepenuh hati dan hanya Allah sebagai tempat meminta. Tapi, saat itu aku benar-benar merasakan kekhusyukan jiwa yang membenamkan keangkuhan jiwa dan pikiran. Aku yakin Allah merupakan perancang yang terbaik dalam hidupku, di manapun aku akan berlabuh nantinya itu merupakan terbaik bagiku. Hal inilah yang aku yakini saat itu dan sampai sekarang.
Seperti biasa, aku berangkat jam 07.00 pagi untuk memulai aktivitas belajarku di adzkia. Tapi, sebelum aku berangkat, kakakku dapat informasi dari saudara yang berada di jakarta, bahwa kalau ingin masuk UI harus ada uang Rp.25 juta. Mendengar informasi itu aku langsung bingung sekaligus frustasi, Rp. 25 juta?? uang dari mana “Jawabku kebingungan”. Aku menyadari betul, bagaimana kondisi keluargaku saat itu, banyak beban biaya yang harus di keluarkan oleh oarang tua, saat aku lulus hal ini bertepatan lulusnya pula adik yang paling kecil dari sekolah Dasar. Pasti membutuhkan banyak uang untuk kami. Hal inilah membuatku untuk berpikir ulang masuk ke UI, walaupun saat itu jiwa ini ingin sekali masuk menjadi mahsiswa salah satu perguruan tinggi terbaik di indonesia tersebut. Tapi, ya sudahlah aku tahu ini merupakan jalan yang terbaik bagiku dan masa depanku “gumamku”. Aku berpikir keras untuk mencari pengganti kampus tempat pelabuhanku berikutnya, selain manajemen aku memang menyukai Ekonomi Islam dan aku memang mencintai dunia ekonomi dalam hidup dan impianku. Dengan bismillah aku pilih UIN Syarif Hidayahtullah Jakarta tempat aku menuntut ilmu berikutnya. Tapi pilihanku ini tidak bertahan lama, karena aku sering membaca majalah islam UIN Syarif Hidayatullah merupakan salah pusat perkembangan aliran aneh di indonesia. Hal ini menjadikan aku untuk lari dan tidak memilih UIN Syarif Hidayahtullah tempatku berlabuh. Berpikir dan terus berpikir itulah hal utama aku lakukan ketika mengetahui informasi tentang kampus tersebut. Karena aku telah mengazamkan ingin ke pulau jawa terutama di kota jakarta. Aku ingin memilih daerah yang dekat terjangkau denagn kota jakarta.
Kota bandung merupakan tujuan pelabuhanku berikutnya. Jiwa tetap ingin memilih kampus yang berbasis agama, sebagai pilihan utama. UIN Sunan Gunung Djati (UIN SGD) bandung merupakan azam yang takkan pernah kulepas lagi. Setelah belum berhasil menempuh UI dan UIN jakarta tempat pelabuhanku karena alasan yang klasik dan aneh. UIN SGD bandung merupakan kampus pelabuhanku berikutnya. Setelah mencari informasi di situs resmi kampus tersebut aku azamkan ingin memilih di fakultas sosial, politik dan ekonomi jurusan manajemen UIN SGD bandung. Setelah niat ini aku azamkan, kemudian aku share hal ini kepada kak diana, alahamdulillah kak diana meresponnya dengan baik, serta terus memberikan motivasi kepadaku dan teman-teman yang lain.
Hampir lebih dari tiga bulan aku menuntut ilmu dan berlatih mengerjakan soal di adzkia. Pengalaman yang indah serta di balut dengan keramah tamahan para pementor menjadikan adzkia salah satu kenangan dalam sejarah kebangkitan diri ini. Karena izin Allah, adzkia memberikan ilmu yang sangat bermanfaat bagiku untuk mengerjakan soal-soal SNMPTN nantinya. Walaupun aku sudah tidak bimbingan test lagi di adzkia, rasa persahabatan dan silaturahim antar kami tetap terjaga sampai saat ini.
Aku menyadari benar jiwa ini perlu mendekatkan diri kepada sang pencipta langit dan bumi seutuhnya, mengkombinasikan dua dimensi nilai yang berbeda merupakan jawaban mutlak untuk meraih ridho-NYA. Nilai spritulitas dan nilai jasmani keduniaan. Tepat Satu minggu setelah aku mendalam ilmu dan menyelesaikan soal di Adzkia, SNMPTN aku hadapi. SNMPTN aku lewati selama dua hari. Rasa takut dan optimis bercampur aduk di dalam diri ini. Tapi, aku sangat yakin aku akan lulus di UIN SGD bandung. Awal pertama membuka soal, wuzzzzzz…. Soal apaan nie “gumamku” tapi secara yakin aku awali ujian ini dengan basmallah. Mengingat-ingat kembali pelajaran yag telah aku pelajari di kelas dan di adzkia, perlahan namun pasti aku berhasil mengingat-ingat kembali soal yang telah aku kuasi. Alhamdulillah hampir seluruh soal yang diujikan persis seperti yang aku pelajari di bimtest Adzkia. Beribu syukur aku ucapkan di dalam hati, Karen Allah telah menakdirkanku dengan adzkia. Perlahan-perlahan aku menyelesaikan soal di depan mata, hampir seluruh soal berhasil aku isi. Tidak lama kemudian panitia penyelenggara memberikan sinyal tanda mau berakhirnya waktu yang telah ditentukan. Alhamdulillah hari pertama aku lewati ujian ini dengan berbangga diri dan rasa syukur tiada tara, begitu juga dengan hari kedua.
Hampir 1 bulan setelah ujian SNMPTN, akhirnya hari yang di tunggu datang juga yakni pengumuman kelulusan hasil ujian SNMPTN, satu hal yang tak mungkin pernah aku lupakan dari scenario kelulusan diriku ini, yakni setelah pihak panitia Nasional SNMPTN resmi mengumumkan, diri ini tidak berani melihatnya sama sekali, aku minta tolong, supaya kak Diana saja yang melihat hasil kelulusanku “ucapku kepada kak Diana. “Sambil becanda kak Diana berkata” ya elah, sampai segitunya, Insya allah dik, ntar kakak kabarin.
Hati ini gundah, pikiran melayang entah kemana. sudah hampir tiga jam sejak pengumuman resmi yang di keluarkan oleh pihak panitia, namun kabar dari kak Diana tak kunjung datang jua. Ah dari pada aku bingung tak karuan, lebih baik aku nonton televise, mungkin akan sedikit mengurangi rasa takutku, “gumamku” setelah hampir satu jam aku menonton telivisi kabar tersebut juga tak kunjung menghampiri. Tapi, lama kemudian. SMS masuk di HPku, haa dari kak Diana, semoga allah memberikan takdir yang terbaik buatku, Bismillah “ucapku”. Dengan perlahan SMS dari kak Diana aku buka, isinya “ selamat ya dik, Alhamdulillah adik lulus di jurusan manajemen UIN Sunan Gunung Djati” membaca SMS ini aku langsung lari ke dapur menemui ibuku yang lagi memasak. “ ibu…ibuu..ibuu, “jeritku sambil berlari” ibu, Alhamdulillah aku lulus kuliah di bandung “ucapku dengan nada yang sangat bahagia kepada ibuku” ruang dapur tadi bagaikan istana nabi sulaiman, harum semerbak wangi kasturi surga. Suara minyak yang mendidih di kuali ibuku bagaikan bunyi suara burung utusan ratu balqis kepada nabi sulaiman. Semuanya serba suasana istana nabi sulaiman di atas permukaan laut. Aku lalu bersujud syukur kepada Allah azza wajalla atas anugerah yang diberikan lepada hambanya ini, air mata terus mengalir di belahan wajah ini, aku tidak tahu. Air mata itu terus mengalir tanpa henti laksana air terjun yang meluncur ke bawah tanpa henti. Sekali lagi aku melakukan ritual sujud syukur kepada Allah azza wajallah. Dengan wajah sembab dan bahagia ibuku juga turut merasakan kebahagian yang aku rasakan ini. Sambil mengucapkan kata indah yang takkan pernah aku lupakan, sekaligus ucapan motivasi awal dari ibuku untuk anaknya, bersuara lembut karena ingin menahan air mata yan ingin mengalir dan berkata “selamat ya anakku, semoga impianmu Allah kabulkan. Kalau mau berangkat nanti jangan lupa sholat dan jaga diri” ini merupakan ucapan seorang bidadari yang takkan pernah aku lupakan selam hidupku. Entah kenapa setelah mendengar ucapan itu bibir ini kaku tak bisa berucap, air mata ini terus mengalir, jiwa ini lemas tak berdaya. Hanya ucapan ini yang bisa aku sampaikan di dalam hatiku kepada ibuku, “ibu, aku janji akan menjadi anak yang sholeh, aku janji akan membahagiakanmu sebelum nyawa ibu Allah takdirkan kembali disisi-NYA. Aku janji akan menjadi manusia perubah abad ini untuk memajukan bangsa dan agamaku”, air mataku terus mengalir deras tanpa henti. Namun jiwa ini tidak berani mengungkapkan ini secara langsung di hadapannya. Tapi, aku janji akan mengungkapkan ini secara langsung dengan bukti nyata kelak. Amin “gumam jiwa ini di dalam hati”

 Perpisahan yang menyeksakkan
Sambil berkata manis dengan berlinang air mata, ibuku berkata “ kapan rencana mau berangkat”? insya Allah 3 hari lagi bu, karena dari pihak kampus menerima daftar ulang tanggal 5 agustus 2008, jika tidak daftar ulang di anggap mengundurkan diri. “Ucapku dengan nada lembut pula”. Euphoria kebahagian ini aku simpan sementara, dan sekarang aku focus menyelesaikan persyaratan yang di pinta oleh pihak kampus. Mulai dari surat pindah, surat kelakuan baik dari polisi, buat KTP, hingga mengurusi pembelian tiket pesawat keberangkatanku. Aku sangat bersyukur kepada Allah azza wajallah, karena seluruh keluargaku mendukung niat baikku ini untuk kuliah di pulau jawa. Walaupun aku paham betul ibuku belum bisa melepaskanku sendiri, karena keluargaku tidak memiliki saudara di kota bandung, di tambah lagi dengan pengalaman ku tidak terlalu banyak, apalagi pengalaman berangkat ke luar kota. Rasa takut ibuku memang cukup beralasan. Itulah orang tuaku, ia sangat mencintai setiap anaknya, walaupun setiap hari aku sering membuat hatinya luka, membuat hatinya bersedih. Tapi, rasa cintanya tetap menjadi pilihan yang takkan pernah ia lepaskan dari sifatnya, itu bukan ibuku saja. Aku yakin hal ini terdapat pada semua hati seorang ibu di seluruh dunia.
Proses meyakinkan kepada ibukupun terus kulakukan agar ia tersenyum indah ketika anak ini berangkat kelak, walaupun aku tidak tahu pasti kapan jiwa ini melihat ibu, aba dan keluargaku lagi. Akhirnya setelah proses meyakinkan ibu bahwa aku bisa menjaga diri dan mandiri di kota bandung kelak. Ibuku akhirnya luluh dan dengan ikhlas menerima keberangkatanku. Aku juga berterima kasih kepada abahku yang telah bekerja keras untuk memenuhi administrasi dan persyratan yang di pinta oleh pihak kampus, waktu itu aku melihat seorang pahlawan yang luar biasa menginspirasi hidupku. Aku sangat mengenal karakter abahku, beliau adalah manusia yang tegas dalam berjanji, pekerja keras dalam menafkah, cinta terhadap anak-anaknya, serta seorang yang taat beribadah kepada Allah, abah merupakan inspirator terbesar dalam hidupku menaungi hidup ini, beliau tidak pernah berpangkau tangan kepada orang lain, walaupun tidak memegang uang, kuat keinginannya ketika ia telah berazam, begitulah bayangan sifat dari abahku, Alhamdulillah atas izin Allah, persyratan yang di pinta selesai tepat sehari sebelum waktu penutupan penerimaan mahasiswa.
Rasa syukur kembali kuucapkan kepada allah azza wajallah, rasa syukur karena telah memberikan keluaraga yang terus mendukung impian dan cita-citaku. Saat ini aku memang tak bisa membalas jasamu dan takkan bisa sampai kapanpun juga. Tapi, jiwa ini berazam pada diriku akan mebahagiakan engkau sebelum ketentuan Allah menghampiri jiwa ibu dan abahku.
Hari yang takkan pernah aku lupakan dalam sejarah hidupku dan aku akan terus mengingat moment ini di yaumul akhir kelak, kisah deraian air mata kecintaan yang sangat dalam aku rasakan, rasa cinta orang tua kepada anak-anaknya, kisah perpisahan yang semakin menancapkan jiwa ini akan terus berkomitmen kepada Allah Azza wajallah untuk membahagiakan mereka kelak di dunia dan akhirat.
Hari itu tepat pukul 04.00 WIB tanggal 05 agustus 2008, jiwa ini harus sudah bersiap-siap menuju bandara polonia kota medan, karena pesawat keberangkatan tepat pukul 07.00 pagi, aku tidak boleh telat sedikitpun kalau tidak ingin ketinggalan pesawat. Kami sudah bersiap-siap menuju bandara, aku dan keluarga mengendarai mobil saudaraku, beliau juga memiki jasa besar dalam merubah hidupku saat ini, yakni pak somad. Di dalam mobil, aku di temani oleh kedua orang tuaku, saudaraku dan tak lupa pula sahabat-sahabat KKD MAN 1 Medan yang luar biasa. Setelah lebih beberapa menit melakukan perjalan kami mendengar adzan shubuh berkumandang dan melaksanakan sholat shubuh sejenak, tidak lama sekitar 20 menit melaksanakan sholat shubuh kami melanjutkan lagi perjalan menuju bandara polonia. Di dalam mobil aku hanya bisa berdiam tanpa suara, sekali-sekali aku bercanda dengan teman-teman KKD. Tapi, tetap saja rasa tidak ingin meninggalkan keluarga tetap menghujam dalam jiwa ini. Sekali-sekali ku tatap wajah ibuku, walaupun secara utuh aku tidak tahu apa yang di pikirkan oleh ibuku, namun, ekspresi wajahnya dapat mengimplimentasikan kegundahan jiwa seorang ibu terhadap anak yang akan meninggalkannya. Rasa jiwa ini ingin tetap bersama ibuku di kota medan, tapi aku sangat yakin. Ini adalah jalan terbaikku menggapai impian hidup dan matiku. Sekitar lebih dari satu jam aku dan keluarga melakukan perjalanan, akhirnya kami sampai juga ke tempat tujuan, yakni Bandar udara polonia, bandara kebanggan warga kota medan.
Setelah sampai pada tujuan, Aku benar-benar tidak tahu apa lagi yang harus kupikirkan. Perpisahan yang menusuk hati. Sebentar lagi akan kujalani, perpisahan yang takan pernah di ingin semua manusia di muka bumi ini, yakni perpisahan antar anak dan kedua orangtuanya. Setelah selesai berkemas-kemas mengeluarkan barang dari mobil, aku mulai berjalan masuk menuju lokasi pemberangkatan. Kaki ini kaku sebenarnya untuk berangkat, tapi takdir allah berkehendak lain terhadap jiwa yang pasrah tertunduk malu ini. Perlahan namun pasti, satu persatu pintu terminal pemberangkatan aku lewati hingga sampai saatnya check in barang. Jiwa ini sudah tak tahan lagi membendung air mata yang terus kutahan dari pemberangkatan tadi, air itu mengalir deras menghempaskan diri ke bawah. Namun hal ini bisa ku tutupi dengan segenggam tisu yang aku bawa. Setelah melakukan check in, orang tuaku minta kepada petugas bandara untuk bisa mengantarkanku duduk menunggu pesawat, Alhamdulillah kedua orang tuaku dan juga pak somad bisa menemani aku menunggu jadwal pemberangkatan. Tapi, tidak dengan teman-temanku dan juga keluarga yang lainnya, itu merupakan hari terakhirku melihat wajah indah dari mereka. Aku akan terus mengazamkan niat yang kuat, suatu saat aku akan kembali dengan wajah tersenyum bahagia, aku akan membaktikan jiwa ini kepada kalian dan bangsa ini kelak.
Setelah hampir 15 menit aku dan keluargaku menunggu, akhirnya pesawat yang akan membawaku datng menghampiri. Drama terindah yang takkan pernah aku lupakan seumur hidupku, tisuku sudah tidak bisa menampung derasnya air mata yang mengalir, kegundahan hati yang sudah lama tersembunyi akhirnya ku luapkan juga. Ku kecup ikhlas pipih ibuku, di depan pintu keberangkatan.“sambil berucap merintih”, bu aku akan kembali dengan wajah tersenyum, aku akan kembali dengan wajah cahaya, tolong doakan jiwa ini untuk selalu taat kepada Allah, tolong doakan jiwa ini untuk selalu istiqomah di jalan kebenaran. Doakan aku semoga Allah mengabulkan setiap impian dan cita-citaku. Air mata ini tumpah berserakan di bumi Allah, aku benar-benar merasakan perpisahan yang menyakitkan sekaligus sebuah perpisahan yang dapat merubah jiwa ini kelak. Ibuku tak banyak berucap, karena ia larut dalam kesedihan tiada tara, di tinggalkan seorang anaknya. Menangis berderaikan air mata, sambil berucap “ hati-hati di tempat orang, jaga kesehatan” aku tahu ibuku ia ingin lebih banyak lagi menasehatiku, namun air mata yang mengalir deras menutupi ucapan itu semua, tapi aku menangkap siratan kucuran air mata ibuku tersebut, hal ini bisa ku jawab dengan hati seorang anak. Yang tak dapat ku ucapkan dalam bicara dapat ku lakukan dalam aksi nyata. Terima kasih atas doa dan dedikasi kalian selama ini, sekali lagi aku ucapkan. Aku benar-benar bersyukur kepada Allah yang telah menciptakanku di keluarga yang amat menyayangi dan membesarkanku.
Air mata ini terus mengalir tanpa henti, tak ada satu halpun yang membuat takdir kucuran air mata ini berhenti, kecuali atas izin Allah, setelah lama jiwa ini mendekap di pelukan ibuku, lalu jiwa ini mendekap di pelukan abahku, seumur hidupku aku belum pernah melihat abahku mengeluarkan air mata, walaupun terkesan malu mengeluarkannya, tapi itulah air mata seorang ksatria dalam hidupku dan keluargaku. Aku tahu seorang kstria takkan pernah meneteskan air mata. Tapi, seorang kstria di depan mataku meneteskan air mata yang terpancar merah di matanya, sambil mengeluarkan pecahan air yang menghempaskan ke bumi para pujangga Indonesia. Aku kecup ikhlas pipi wajah abahku, terasa lembut nan kasturi surge. Wajah ini merupakan wajah yang akan menjadi saksi pertemuan kami di surge allah kelak. Aku tahu betapa kehilangannya abahku atas kepergian salah satu anaknya. Kecupan bibir ikhlas yang aku sarangkan ke wajah kalian merupakan kecupan wajah yang akan ku ulangi di surge firdaus Allah kelak. Karena aku sudah tahu cara menghantarkan ibu dan abahku ke surge firdaus Allah yakni menjadi anak yang sholeh membaktikan hidupnya untuk Indonesia dan dunia. Sampai seluruh dunia menyembah Allah yang esa.
Aku tidak ingin berlama-lama larut dalam kesedihan ini, aku segera bergegas menuju pesawat impianku, pesawat yang kelak memberangkatkanku menuju impian yang hakiki, pesawat yang menghantarkanku kelak merangkai senyum cahaya Indonesia.
Aku berjalan tertunduk pasrah dan ikhlas menerima ketentuan atas takdir yang Allah design terhadap jiwa ini, jiwa ini tertunduk pasrah sekaligus menggebuh kuat, sambil berjalan menuju tangga pesawat, aku melihat wajah cahaya terpancar di ufuk wajah kedua orang tuaku. Saat itulah aku terakhir kali melihat wajah indah cahaya mereka, orang tua yang amat besar mempengaruhi gaya kehidupanku. Air mataku tetap mengalir deras sepanjang jalan menuju tangga pesawat.

To be Countiniues
Dari seorang Aidil Ghufran Rasyid
Untuk berbagi dan menginspirasi
Merangkai senyum cahaya Indonesia
.
>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>
Saat terindah dalam hidupku
Ketika aku tahu
Siapa diriku
Saat terindah dalam hidupku
Ketika aku tahu
Hendak kemana aku
Saat terindah dalam hidupku
Ketika aku tahu
What should I do
Saat terindah dalam hidupku
Ketika aku tahu
Siapa tuhanku


Bandung, 30 April 2011
Aidil Ghufran Rasyid

Aku bukanlah seorang yang ahli merangkai kata yang mempunyai makna, aku juga bukan seorang orator yang pandai memainkan berjuta kata menjadi mitiara indah. Aku juga bukan seorang bangsawan yang mendermakan hartanya untuk kemajuan bangsa dan agama. Tapi, aku adalah seorang pujangga Khatulistiwa Indonesia yang siap merancang senyum cahaya negeri dan dunia ini kelak, siap mendedikasikan hidupku untuk memaju masyarakat Indonesia. Karena aku merupakam manuasia yang di takdirkan untuk Indonesia.
panggil aku i’m 2053 maka aku akan memanggil kalian GENERASI abad tangguh negeri ini.



>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>
SEGERA HADIR
::I’M 2053::

(Tunggu kisah indah & tantangan hidupku selanjutnya, cerita kedua dari tulisanku, cerita spektakuler kehidupanku dalam mencari jati diri, hal itu telah ku dapatkan di tanah jawa)
Dalam cerita “I’M 2053” seorang remaja Indonesia yang sepenuh hati mendedikasikan hidupnya, untuk kemajuan Indonesia maju 2053.
>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>

TOKOH INSPIRATOR HIDUPKU
- Rasulullah SAW
- Umar Bin Khattab
- Imam Al-Ghazali
- Imam Syafi’i
- Hasan Al-Banna
- Ibu dan abahku
- Ibnu Khaldun
- Aa gym
- Ustadz rudiawan sitorus
- Kak khairil
- M. Eko diliansyah
- Ukthi dalam romansa
- Andy f. Noya
- Syekh Musyari Rasyid
- Ibu vera ‘ guru geografiku”
- Thomas Alfa Edison
- Bill Gates
- Mark Zuckerberg
- Lary Page
- Sergey Brin
- Akh Andri Rusmana
- Akh Ridwansyah yusuf Achmad
- DR. Aidh Al-Qorni
- Ahmadi Nejad
- Bang Hendra
- Pak ade

1 comment:

  1. Sekarang sungguh berbeda, saya tidak yakin ini dulu aku. indah dan bermakna. aku mencintai agamaku, aku m,encintai negeriku

    ReplyDelete

Bismillah

Awali setiap aktivitas dengan bismillah, karena anda telah memulai sesuatu ikut menyertakan Allah di dalamnya. mustahil seorang inspirator menjadi malas dalam hidupnya, karena ia telah menjadikan seluruh aktivitasnya karena Allah.
AKU HANYA INSAN BIASA YANG INGIN MENJADI INSAN YANG SEMPURNA, KARENA AKU ADALAH INSAN YANG DI TAKDIRKAN UNTUK INDONESIA

Ini bukan sebuah catatan, Tapi sebuah Impian Aksi

Catatan indah tentang negeri yang kaya raya, bagaikan zamrud khatulistiwa di surga dunia. sungguh mengriskan banyak mereka yang tidak dapat menikmati hasil dari negerinya sendiri. ini bukan sebuah catatan, Tapi ini adalah sebuah impian indah tentang indonesia, negeri para dewa. negeri para malaikat yang berkeliling mengitari indahnya negeri ini. siapapun yang berkunjung, maka mereka akan mengatakan tentang negeri ini, adalah negeri saya kedua.
bangkit atau hancur. bukan hanya sekedar catatan tapi sebuah aksi nyata dari ciptaan anak bangsa. sudah terlalu lama negeri ini tertidur, sudah terlalu lama negeri ini bermimpi. saatnya negeri ini beraksi.

INDONESIA IS COUNTRY OF ACTION NOT COUNTRY OF IDEA

Video Saya