Oleh Aidil Ghufran Rasyid
Turunkan SBY-Boediono!! Turunkan
SBY-Boediono!! Turunkan SBY-Boediono!! Teriak masa yang sedang melakukan
aksi di salah satu sudut kota Jakarta.
Hal ini merupakan realita yang terjadi di bangsa ini, teriakan itu tidak hanya
menggema di kota jakarta, namun juga di seluruh saentero negeri Indonesia.
Sejenak ketika kita melihat
aspirasi dalam bentuk aksi yang kita lihat banyak terjadi akhir-akhir ini,
memang benar apa adanya, mereka melakukan aksi
di jalanan karena adanya ketidakpuasan di dalam kepemimpinan
SBY-Boediono. Hal ini merupakan kewajiban
bagi masyarakat untuk mengingatkan
pemimpin negeri ini agar bekerja keras untuk memajukan bangsa. Bukan
hanya ketidakpuasan, akan tetapi adanya
ketidaksukaan terhadap pimpinan negeri ini, dan masih banyak alasan lainnya
sehingga membuat sistem berbagi dan mengingatkan pemimpin untuk bekerja keras
tidak lagi menjadi landasan aksi para masa yang berkumpul di pusat-pusat
keramaian di Indonesia. Banyak maksud dan tujuan yang berbeda-beda yang membuat
aksi mereka tanpa makna hingga tidak menghasilakan titik terang hingga
membuat tuntutan mereka bagaikan pepesan
kosong yang tidak berarti, bukan maksud untuk menyalahi bahkan menghakimi salah
satu pihak, ketika kita tidak memiliki niat yang benar di setiap aksi atau
penyampaian aspirasi dalam segala bentuk maka kita benar-banar ingin membunuh negeri
kita sendiri, kita benar-benar tidak satu suara lagi dalam mengingatkan pemimpin
yang kita anggap telah melakukan kesalahan. Bagimana kita bisa bersama
memajukan negeri ini jika para pakar dan panutan negeri ini menghakimi satu
pihak untuk bertanggung jawab bahkan
mundur dari jabatannya. Suatu penghakiman
yang benar-benar tidak menunujukan satu suara didalam problematika yang penat
di negeri bumi pertiwi ini.
Apa yang sebenarnya membuat kita
untuk satu suara? Apa yang sebenarnya yang bisa membuat kita untuk bisa
bekerjasama? Dan apa sesungguhnya yang membuat kita untuk bisa mengingat
pimpinan dengan keikhlasan?
Tiga pertanyaan yang perlu kita
pahami, supaya negeri ini benar-benar saling mendukung untuk maju bersama.
Ketika jiwa ini tercampuri
racun-racun kedengkian maka mulai saat itu jua negeri ini tidak akan bisa maju
dan memecahkan problematika di masyrakat.
Ketika kita tidak satu suara
lagi, kita hanya menunggu kehancuran yang pasti datang. Ketika kita tidak satu
suara lagi, berapa ratus juta rakyat negeri ini yang akan menangis, ketika kita
tidak satu suara, rintisan tangis para pejuang negeri tumpah di tanah perbaringan
mereka, Mereka menangis, dahulu mereka bisa bersatu dan satu suara untuk
memerdekakan bumi ibu pertiwi. Tangisan mereka tumpah ketika sekarang kita
tidak satu suara.
Ketika kita tidak satu suara,
kita hanya menuggu, menunggu penjajahan baru negeri ini. Kami tahu kita ingin
negeri ini maju. Aku tahu kita semua ingin satu, mekanisme kejujuran di dalam
niat setiap aktivitas kita untuk memajukan negeri Indonesia tercinta.
Tulisan ini bukan untuk
menalahkan, ta[I untuk berbagi dan menginspirasi.
No comments:
Post a Comment